SIPP JOSS MANTAB JIWWA
TERCYDUKZ
Senin, 02 Mei 2022
Sabtu, 15 Januari 2022
IHT (In House Training) Di SMP Negeri 2 Sukorejo-Ponorogo
Jumat, 14 Januari 2022
Khutbah Jumat - Merenungi Kekuasaan Allah Swt Dari Fenomena Covid-19
Merenungi Kekuasaan Allah Swt Dari Fenomena Covid-19
Jumat, 14 Januari 2022
Khutbah pertama
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ،
اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Mahasuci Allah yang telah menciptakan makhluknya dengan segala manfaat dan kesempurnaannya. Baik makluk yang dapat dilihat dengan mata telanjang maupun membutuhkan alat bantu untuk melihatnya, semua Allah ciptakan dengan ragam peran dan manfaatnya di bumi ini. Allah kerap membuat perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran dan hakikat yang luhur, dengan bermacam makhluk hidup, baik kecil maupun besar. Orang-orang kafir mencibir ketika Allah mengambil perumpamaan berupa makhluk kecil yang dipandang remeh seperti lalat dan laba-laba. Sehingga turunlah ayat:
إِنَّ اللَّهَ لا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلا الْفَاسِقِينَ
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik” (QS Al-Baqarah: 26)[1].
Di sini dijelaskan sesungguhnya Allah tidak merasa segan atau malu untuk membuat perumpamaan bagi sebuah kebenaran dengan seekor nyamuk atau kutu yang sangat kecil, atau bahkan yang lebih kecil dari itu. Termasuk bakteri, kuman, virus dan sebagainya semua adalah ciptaan Allah yang pasti memiliki peran yang tidak sia-sia dalam kehidupan ini. Hal ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang senantiasa merenungi ciptaan Allah, sebagaimana firman-Nya:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ “
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka” (QS Ali Imran: 191)
Lebih dari sekadar makhluk, semua ciptaan tersebut juga bisa menjadi media bertafakur dan berdzikir (mengingat Allah), termasuk virus Corona (Covid-19) yang akhir-akhir membuat gempar masyarakat. Fenomena merebaknya virus yang menelan ratusan ribu korban di seluruh dunia itu mengandung sejumlah pelajaran bagi kita semua. [2]
Pertama, tentang kemahaagungan Allah dan betapa lemah dan kecilnya manusia. Setiap kali melaksanakan shalat, seseorang selalu mengawalinya dengan takbiratul ikhram Allahu Akbar, Allah Maha Besar. Ini bukti pengakuan akan kemahabesaran Allah, dan betapa kecil diri kita di hadapan-Nya. Allah menunjukkan kemahagungannya lewat berbagai media, termasuk lewat makhluk kecil yang tak terlihat secara kasat mata.
Terbukti sekarang ini, hanya melalui virus yang Allah kirimkan ke muka bumi, seluruh lapisan masyarakat menjadi gempar dan sebagian besar dicekam kekhawatiran. Fenomena ini member pelajaran bahwa betapa sangat mudah bagi Allah untuk menjadikan juga membinasakan alam ini. Bagaimana mungkin manusia berhak sombong terhadap-Nya, sedangkan hanya menghadapi sebagian terkecil dari makhluknya saja mereka sudah kerepotan?
Kedua, tentang pentingnya merenungi bahwa tiap manusia amatlah dekat dengan kematian. Sehat, sakit, bahkan kematian adalah kuasa Allah. Kedatangan Covid-19 yang seakan menjadi hantu bagi seluruh manusia sebenarnya tak ubahnya seperti banjir, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan jenis musibah lainnya. Kepanikan adanya Covid-19 sebenarnya karena takut akan datangnya kematian atas diri manusia. Mencegah atau mengobati adalah kewajiban manusia sebagai makhluk yang berpikir dan menjadi wujud ikhtiarnya. Namun berhasil atau tidak, menjadi takdir yang Allah tetapkan. Manusia tidak dapat mengelak dari apa yang Allah putuskan.
Bahkan setiap memulai shalat kaum muslim berikrar akan hidup dan mati adalah milik Allah
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al-An’am: 162).
Dalam ayat lain Allah menjelaskan bahwa hidup dan mati hanyalah ujian yang harus dihadapi seluruh manusia.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS Al-Mulk: 2).
Yang lebih penting dari mengingat kematian adalah seberapa jauh kita mempersiapkan diri menyambutnya? Sudah cukupkah bekal yang kita kumpulkan selama hidup di dunia ini?
Ketiga, tentang kesadaran akan integrasi keilmuan. Segala jenis ilmu yang ada di bumi dan langit adalah berasal dari satu sumber yakni Allah subhanahu wata’ala. Maka tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan umum. Wabah Corona telah membuka kesadaran manusia adanya kebutuhan akan ilmu agama sebagai benteng keimanan, ilmu medis sebagai upaya penanganan fisik, dan ilmu sosial untuk menjalin kerja sama yang solid dalam menghadapi musibah. Tidak ada yang harus dinafikan, semua bisa bersinergi sebagai bagian dari ilmu-ilmu Allah yang dianugerahkan kepada hamba-Nya.
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى
“Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah” (QS Thaha: 6)
Keempat, tentang pentingnya kesadaran akan hidup bersih. Islam mengajarkan kepada umatnya hidup bersih. Ajaran ini dikaji secara khusus dalam kitab-kitab fiqih. Bahkan, dalam umumnya pelajaran fiqih, bab tentang kebesihan diletakkan di awal pembahasan, yakni bab thaharah (bersuci) dari najis dan hadats. Salah satu bentuk aplikasinya adalah praktik berwudhu minimal lima kali dalam sehari. Lebih dari sekadar praktik bersuci, juga merupakan ikhtiar terhindar dari segala kotoran, kuman, bakteri, virus, dan sejenisnya. Bersyukurlah sebagai umat Islam karena segala bentuk ibadahnya memiliki keutamaan terhadap kebutuhan hidup, termasuk kesehatan. Banyak para ilmuwan membuktikan pentingnya bersuci bagi kesehatan manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa ibadah bukan sekadar kewajiban, namun juga kebutuhan.
. . . وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
“…dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih” (QS At-Taubah: 107).
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Khutbah kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
[1] Alquran Nur Karim
[2] https://islam.nu.or.id/post/read/117983/khutbah-jumat--merenungi-kekuasaan-allah-dari-fenomena-covid-19
Jumat, 02 Juli 2021
Doa Berhubungan Intim untuk Suami Istri (Kitab Fathul Izar)
Dalam masalah ini para Ulama” memiliki urut-urutan yang mengagumkan, yaitu ketika suami akan menyetubuhi isterinya hendaknya terlebih dulu ia mengucapkan :
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ يَا بَابَ الرَّحْمنِ
Lantas isteri menjawab :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ يَا سَيِّدَ اْلأَمِيْنِ
Artinya :
“Keselamatan atas kamu pula, hai tuan yang dipercaya.”
Selanjutnya suami meraih kedua tangan isterinya seraya mengucap :
رَضِيْتُ بِا للهِ رَبَّا
Artinya :“Aku telah ridho Allah sebagai Tuhanku.”
Kemudian ia meremas-remas kedua payudara isterinya sembari mengucapkan :
أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Dilanjutkan mengecup kening isterinya besertaan mengucapkan :
يَا لَطِيْفُ اَلله نُوْرُ عَلَى نُوْرٍ شَهِدَ النُّوْرَ عَلَى مَنْ يَشَاءُ
Artinya : “Wahai Dzat Yang Maha Halus, Cahaya Allah Di atas segala cahaya. Cahaya itu telah menerangi siapa saja yang dikehendakinya.”
Setelah itu suami memiringkan kepala isteri ke kiri sambil mencium dan meniup telinga sebelah kanan, dilanjutkan memiringkan kepala isteri ke kanan sambil mencium dan meniup telinga yang sebelah kiri.Keduanya dengan membaca:
فِىْ سَمْعِكِ الله ُسَمِيْعٌ
Artinya : “Di dalam pendengaranmu, Allah Maha Mendengar.”
Sesudah itu ia mengecup kedua mata isterinya mulai dari mata sebelah kanan kemudian mata sebelah kiri sambilmembaca do’a :
اَللّهُمَّ إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِيْنًا
Artinya : ”Ya Allah,sesungguhnya kami bukakan untukmu kemenangan yang nyata.” (QS. Al-Fath : 1)
Selanjutnya suami mencium kedua pipi isteri dimulai pipi sebelah kanan kemudian sebelah kiri sambil membaca :
يَا كَرِيْمُ يَا رَحْمنُ يَا رَحِيْمُ يَا اَللهُ
Artinya : ”Wahai Dzat Yang Maha Mulia,Wahai Dzat Yang Maha Pengasih, Wahai Dzat Yang Maha Penyayang. Ya Allah.”
Kemudian mengecup hidungnya sembari membaca :
فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَّجَنَّةُ نَعِيْمٍ
Artinya : ”Maka dia memperoleh ketentraman dan rezeki serta surga kenikmatan.” (QS. Al-Waqi’ah : 89 )
Sesudah itu mengecup pundaknya sambil membaca :
يَا رَحْمنَ الدُّنْيَا يَا رَحِيْمَ اْلأَخِرَةِ
Artinya : “Wahai Dzat Yang Maha Pengasih di dunia, Wahai Dzat Yang Maha Penyayang di akhirat.”
Setelah itu mengecup lehernya beserta membaca :
اَللهُ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ
Artinya : “Allah itu cahaya langit dan bumi.” (QS. An-Nur : 35)
Selanjutnya mengecup dagunya dan berdo’a:
نُوْرُ حَبِيْبِ الإِيْمَانِ مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ
Artinya : “Cahaya kekasih seiman di antara hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Kemudian mengecup kedua telapak tanganya, dimulai sebelah kanan dan dilanjutkan sebelah kiri sambil membaca :
مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى
Artinya : “Hatinya tiada berdusta terhadap apa yang dilihatnya.” (QS. Anajm : 11)
Berikutnya mengecup bagian diantara kedua payudara sembari membaca :
وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّيْ
Artinya : “Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang daripada-Ku.”(QS. Thoha : 39)
Dan kemudian mengecup dadanya bagian kiri tepat pada hatinya besertaan mengucap :
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ
Artinya : “Wahai Dzat Yang Maha Hidup, Wahai Dzat Yang berdiri pada dirinya sendiri.
#FathulIzar
Selasa, 24 November 2020
30 Faidah Seputar Asma Wa Sifat
alhamdulillah
=…
*PENGANTAR PENERJEMAH*
﷽
.
*Segala puji hanyalah milik Allâh Azza wa Jalla. Sholawat-dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada-junjungan dan nabi kita, Muhammad صلى الله عليه وسلم ,dan juga kepada keluarga, sahabat dan siapa saja yang mengikuti jalan beliau.dengan cara yang baik.*
.
*Alhamdulillah, dengan pertolongan dan kemudahan-dari Allah akhirnya kami dapat menghadirkan ebook yang-berisi ilmu yang paling bermanfaat secara mutlak, yaitu ilmu-yang membahas tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah.*
.
*Betapa tidak? Ilmu yang kita pelajari ini adalah tentang-pencipta kita, sementara kemuliaan ilmu itu bergantungpada obyek yang dipelajari, dan yang kita pelajari di sini-adalah tentang Allah. Dan kita tidak bisa mengenal Allah-melainkan melalui Kalam-Nya (al-Qur’an) dan melalui lisan-nabi-Nya yang mulia صلى الله عليه وسلم.*
.
*Semoga upaya kami yang sederhana ini dapat-memberikan manfaat bagi kami dan kaum muslimin yang-membacanya, dan menjadikan amalan kami ini sebagai-amalan yang ikhlas karena-Nya, serta menjadi bekal bagi-kami di hari yang tiada berguna harta dan anak-anak,melainkan hati yang selamat.*
.
*Tentunya sebagai manusia biasa, akan didapati di dalam-terjemahan ebook ini ada kekeliruan dan kesalahan di sana-sini, karena itu besar harapan kami tegur sapa dan kritikan-dari pembaca sekalian.Akhirul kalam, semoga upaya yang sederhana ini bisa memberikan manfaat bagi umat.*
.
*MUQODDIMAH*
﷽
*Segala puji hanyalah milik Allâh Azza wa Jalla. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم.*
*Berikut ini adalah sejumlah faidah dan himpunan ringkasan berkenaan dengan Asma wa Shifat Allâh Ta'ala.*
*Aku memohon kepada Allâh untuk menjadikan risalah ini bermanfaat, dan membalas dengan kebaikan bagi siapa saja yang turut andil dan membantu di dalam mempersiapkan risalah ini berikut penyebarannya.*
.
*FAIDAH PERTAMA*
.
*Tidak ada kebahagiaan, kesuksesan, kebaikan dan-kenikmatan bagi seorang hamba, melainkan dengan-mengenal Rabb-nya dan menjadikan hanya Allâh semata-sebagai tujuan tertingginya serta menjadikan ibadah kepada-Allâh sebagai qurrotu ain (penyejuk mata) baginya.1*
.
*Karenanya tidak ada kebahagiaan bagi seorang hamba di-dunia dan di akhirat kecuali dengan mengenal Allâh dan ber-tafaqquh (berusaha memahami) tentang asma (nama-nama) Allâh yang husna (indah).*
*****
1.ash-Showaiqul Mursalah karya Ibnul Qoyyim I/366 dengan sedikit-perubahan
.
*FAIDAH KEDUA*
.
*Ilmu tentang Allâh berikut nama-nama dan sifat-sifat-Nya, merupakan ilmu yang paling mulia dan paling tinggi-secara mutlak (absolut). Karena kemuliaan suatu ilmu tergantung dengan kemuliaan obyek ilmu tersebut (Syaroful‘Ilmi bi syarofil ma’lum), sementara obyek yang dipelajari di dalam ilmu ini, tidak lain dan tidak bukan adalah Allâh Azza.wa Jalla berikut nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-Nya.*
.
*Mengarahkan diri untuk mempelajari ilmu ini dan.menyibukkan diri memahaminya, berarti mengarahkan diri kepada ilmu yang paling mulia dan menyibukkan diri kepada.tujuan tertinggi serta karunia terbaik yang diperoleh oleh seorang hamba.2*
2. Tafsir as-Si'di hal 3
.
*FAIDAH KETIGA*
.
*Hakikat iman itu adalah, seorang muslim mengenali-Rabb-nya yang ia imani dan mengarahkan upayanya untuk lebih mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya, hingga ia mencapai tingkatan.yakin.*
*Sejauh mana pengenalannya (ma’rifah-nya) kepada.Rabbnya, sejauh itu pula tingkat keimanannya. Setiap kali.bertambah pengetahuannya (ma’rifah-nya) terhadap Rabb-nya, maka bertambah pula keimanannya. Demikian pula.sebaliknya, semakin minim ma’rifah seorang hamba, maka.semakin berkurang pula imannya.3*
*****
3.Tafsir as-Si’di hal 35
.
*FAIDAH KEEMPAT*
.
*Pengertian Tauhid Asma wa Shifat adalah, meyakini.keesaan Rabb Jalla Jalâluhu dengan kesempurnaan-Nya yang.absolut (mutlak) dari segala segi, berikut sifat-sifat-Nya yang.agung, mulia dan indah, yang tidak ada satupun yang.sepadan dengan-Nya, dari segi manapun.*
.
*Yang demikian ini adalah dengan cara menetapkan bagi.Allâh, apa yang Allâh tetapkan bagi diri-Nya sendiri, atau apa.yang ditetapkan oleh Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم ,berupa seluruh.nama-nama dan sifat-sifat-Nya berikut makna dan hukum-hukumnya yang berkaitan, yang datang penetapannya di.dalam al-Qur’ân dan as-Sunnah, yang layak sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, tanpa menafikan(meniadakan) sebagian darinya, tanpa ta’thil (menolak-maknanya), tanpa tahrif (memalingkan maknanya) dan tanpa tamtsil (menyerupakannya).*
.
*Juga dengan cara menafikan apa yang Allâh nafikan bagi.diri-Nya dan yang dinafikan oleh Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم dari sifat-sifat yang mengandung kekurangan dan cela, dan dari segala hal.yang dapat menafikan kesempurnaannya4, semisal tidur,lupa, zhalim, lemah, lelah dan yang semisal.*
.
Allah Ta'ala berfirman
.
ۗ لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
.
*“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah.yang Maha Mendengar dan Melihat.”* [QS asy-Syuro : 11]
.
*Di dalam ayat ini, mengandung penafian terhadap.tamtsil (penyerupaan Allâh dengan makhluk) dan itsbat*
.
4.al-Qoulus Sadid Syarh Kitabit Tauhid karya as-Si’di hal. 18
.
*FAIDAH 5*
.
*Nama-nama dan sifat-sifat Allâh itu tauqifiyah (baku) dan akal tidaklah berperan di dalamnya.*
.
*Maka dari itu, tidak boleh menetapkan bagi Allâh Ta’ala.nama-nama atau sifat-sifat-Nya yang indah melainkan dengan apa yang ditunjukkan oleh al-Qur’ân dan As-Sunnah.atas penetapannya.*
.
*“Karena akal tidaklah mampu menjangkau apa yang.layak bagi Allâh Ta’ala dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya,karenanya wajib wuquf (abstain/berhenti) di dalam hal ini.dan tunduk kepada nash (dalil), sebagaimana firman Allåh Ta’ala :*
.
وَلَا تَقْفُ مَا لَـيْسَ لَـكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗ اِنَّ السَّمْعَ وَا لْبَصَرَ وَا لْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰٓئِكَ كَا نَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا
.
*"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."*
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 36)
.
Dan firman-Nya :
.
قُلْ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْـفَوَا حِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَ الْاِ ثْمَ وَا لْبَـغْيَ بِغَيْرِ الْحَـقِّ وَاَ نْ تُشْرِكُوْا بِا للّٰهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهٖ سُلْطٰنًا وَّاَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
.
*"Katakanlah (Muhammad), Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui."*
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 33)
.
*Karenanya, memberikan nama dan sifat kepada Allâh.Ta’ala dengan nama dan sifat yang tidak Allâh tetapkan bagi.diri-Nya, atau mengingkari nama dan sifat yang Allâh tetapkan untuk diri-Nya, maka ini merupakan bentuk jinayah(kejahatan/kriminalitas) terhadap hak Allâh Azza wa Jalla*
.
*Maka dari itu wajib berpegang dengan adab di dalam hal.ini, dan mencukupkan dengan apa yang datang dari nash(dalil al-Qur’ân dan as-Sunnah).”5*
*****
5.Lihat : al-Qowa’idul Mutsla fî Shifatillah wa Asma`ihil Husna karya Ibnu‘Utsaimin hal 13
.
*FAIDAH KEENAM*
.
Diantara nama-nama Allâh yang ditetapkan di dalam al-Qur’ân adalah :
*Allâh[6]*
*ar-Rahmân [Yang Maha Pengasih]7*
*ar-Rahîm [Yang Maha Penyangan]8*
*al-Mâlik [Yang Menguasai dan Memiliki]9*
*al-Quddûs [Yang Maha Suci]10*
*as-Salâm [Yang Maha Sejahtera]11*
*al-Mu`min [Yang Menjaga Keamanan]12*
*al-Muhaimin [Yang Memelihara Keselamatan]13*
*al-Aziz [Yang Maha Perkasa]*
*al-Jabbâr [Yang Maha Berkuasa]14*
*al-Mutakabbir [Yang Maha Memiliki Keagungan]15*
*al-Khôliq [Yang Maha Mencipta]16*
*al-Bâri` [Yang Maha Mengadakan]17*
*al-Mushowwir [Yang Maha Membentuk rupa]18*
*al-Azîz [Yang Maha Perkasa]19*
*al-Hakîm [Yang Maha Bijaksana]20*
*al-Ghafûr [Yang Maha Pengampun]21*
*at-Tawwâb [Yang Maha Menerima Taubat]22*
*asy-Syakûr [Yang Maha Berterimakasih]23*
*al-Halîm [Yang Maha Penyantun]24*
*al-Qodîr [Yang Maha Berkemampuan]25*
*al-Karîm [Yang Maha Dermawan]26*
dan selainnya.
*****
6.Nama Allâh disebutkan sebanyak 1.842 kali di dalam al-Qur`ân, dan maknanya sebagaimana disebutkan sebagian ulama adalah al-Ma`lûh artinya yang dijadikan ilah (sesembahan).Pent.
7 Nama ar-Rahman disebutkan sebanyak 159 kali di dalam al-Qur’an.diantaranya di QS al-Fatihah : 1 dan 3, QS al-Baqoroh : 163, QS an-Nisa : 41,dst.Pent.
8 Nama ar-Rahim disebutkan sebanyak 146 kali di dalam al-Qur’an,diantaranya di QS al-Fatihah : 1, al-Baqoroh : 37, 54, 128, 160, 163, dst. Pent.
9 Diantaranya dalam QS Thoha : 114, al-Mu’minun : 116, al-Jumu’ah : 1.Pent.
10 Diantaranya dalam QS al-Hasyr : 23 dan QS al-Jumu’ah : 1.Pent.
11 Lihat QS al-Hasyr : 23. Pent.
12.Lihat QS al-Hasyr : 23. Pent.
13 Lihat QS al-Hasyr : 23. Pent.
14 Lihat QS al-Hasyr : 23. Pent.
15 Lihat QS al-Hasyr : 23. Pent.
16 Lihat QS al-Hasyr : 24. Pent.
17 Lihat QS al-Hasyr : 24. Pent.
18 Lihat QS al-Hasyr : 24. Pent.
19 Diantaranya QS al-Baqoroh : 129, Ali Imran : 6, 18, 62, 126, Al-Maidah : 118,dll.Pent.
20 Diantaranya QS al-Baqoroh : 129, Ali Imran : 6, 18, 62, 126, Al-Maidah : 118,dll.Pent.
21.Diantaranya QS Yunus : 107, Yusuf : 98, al-Hijr : 49, al-Kahfi 58, dll.Pent.
22 Diantaranya QS al-Baqoroh : 37, 54, 128, 160, 222, at-Taubah:104, dll. Pent.
23 Diantaranya QS Fathir : 30, 34, asy-Syuro : 23, at-Taghobun :17.Pent.
24 Diantaranya QS al-Baqoroh : 225, 235, 263, Ali Imran : 155, an-Nisa : 12, dll.Pent.
25 Diantaranya QS al-Anfal : 41, at-Taubah : 39, Hud : 4, an-Nahl : 70, dll.Pent.
26 Diantaranya QS an-Naml : 40 dan al-Infithar : 6.Pent.
.
*FAIDAH KETUJUH*
.
Diantara nama-nama Allâh yang ditetapkan di dalam hadits Nabî adalah:
*al-Jamîl [Yang Maha Indah]27*
*ar-Rafîq [Yang Maha Lemah Lembut]28*
*as-Subbûh [Yang Maha Bersih]29*
*asy-Syâfi [Yang Maha Penyembuh]30*
*ath-Thayib [Yang Maha Baik]31*
*al-Muqoddim wal Mu’akhkhir [Yang Maha-Mendahulukan dan Mengakhirkan]32*
*al-Mu’thi [Yang Maha Memberi]33*
dan selainnya.
.
27.Diantara dalilnya adalah sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:
*“Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan”*,(HR. Muslim)
.
28 Diantara dalilnya adalah sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:
*"Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah Maha Lemah Lembut. Allah mencintai kelembutan.”* (HR. Muslim)
.
29 Diantara dalilnya adalah doa Nabi صلى الله عليه وسلم:
*“Maha bersih dan maha suci (Engkau), Rabbnya malaikat dan ruh (Jibril)”* [HR.Muslim]
.
30 Diantara dalilnya adalah doa Nabi صلى الله عليه وسلم:
*Ya Allâh, Rabb semua manusia, hilangkanlah penyakit ini dan.sembuhkanlah,Engkau adalah asy-Syâfi (Yang Maha Penyembuh), tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan (dari)Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit (lain)”* [Muttafaq alaihi]
.
31 Diantara dalilnya adalah sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:
*"Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala Mahabaik dan tidak menerima kecuali yang baik."* [HR Muslim]
.
32 Diantara dalilnya adalah sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:
*“Engkaulah Yang Maha Mendahulukan dan Engkau pula Yang Maha Mengakhirkan, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”* (Muttafaqun alaih)
.
33 Diantara dalilnya adalah sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:
*"Siapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Allah akan fahamkan diamtentang urusan agamanya. Allah itu Maha Pemberi dan Aku yang membagi-bagikannya."* [HR Bukhari]
.
*FAIDAH KEDELAPAN*
.
*Diantara sifat-sifat Allâh adalah : al-Hayah (Maha Hidup), al-‘Ilm (Maha Berilmu), as-Sam’u (Maha Mendengar), al-Bashor (Maha Melihat), al-Kalam (Maha Berbicara), al-Maghfiroh (Maha Mengampuni), al-Qudroh(Maha Berkuasa), al-Masyi`ah (Maha Berkehendak), al-Wajh (Memiliki wajah), al-‘Ainan (Memiliki dua mata), al-Yadan(memiliki dua tangan), al-Istiwa` ‘alal Arsy (bersemayam di atas arsy), al-Maji` (yang datang pada hari kiamat) yang akan.memisahkan hamba-hamba-Nya di hari kiamat, dan selainnya.*
.
*FAIDAH KESEMBILAN*
.
*Nama-nama Allâh itu tidak terbatas hanya berjumlahtertentu secara spesifik [yaitu hanya 99 saja,pent.], berdasarkansabda Nabi صلى الله عليه وسلم di dalam doa memohon kelapangan darikegundahan dan kesedihan*
.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ
.
*Allaahumma innii 'abduka, wabnu 'abdika, wabnu amatika, naashiyatii biyadika, maadhin fiyya hukmuka, 'adlun fiyya qodhoo-uka, as-aluka bikullismin huwa laka, sammaita bihi nafsaka, au anzaltahu fii kitaabika, au 'allamtahu ahadan min kholqika, awista'tsarta bihi fii 'ilmil ghoibi 'indaka, an taj'alal qur-aana robii'a qolbii, wa nuuro shodrii, wa jalaa-a huznii, wa dzahaaba hammii.*
.
*Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hambaMu (Adam), dan anak hamba perempuanMu (Hawa), ubun-ubunku berada di tanganMu, hukumMu berlaku terhadap diriku, dan ketetapanMu adil pada diriku. Aku memohon kepadaMu dengan segala Nama yang menjadi milikMu, yang Engkau namai diriMu dengannya, atau yang Engkau turunkan di dalam kitabMu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisiMu, maka aku mohon dengan itu agar Engkau jadikan Al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku, pelipur kesedihanku, dan penghilang bagi kesusahanku.34*
HR. Ahmad 1/391. Menurut pendapat Al-Albani, hadits tersebut adalah sahih.
.
*Perkataan Nabî berkenaan dengan apa yang Allâh simpan di dalam ilmu ghaib di sisi-Nya, tidaklah mungkin seorang hamba bisa membatasinya dan tidak pula mampu menjangkaunya.35*
*****
34 HR Ahmad 4317, juga terdapat dalam Shahih at-Targhib Wat Tarhib
35 Lihat : Sya`nud Du’a` karya al-Khaththabi hal. 23, Syarah Nawawi ‘Ala-Shahih Muslim V/17 dan al-Qowa’idul Mutsla karya Ibnu ‘Utsaimin hal. 14
.
*FAIDAH KESEPULUH*
.
Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم di dalam hadits :
*“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus nama.kurang satu, siapa yang menyebutnya (ahshoha) maka akan masuk surga.”36*
.
*Hadits ini tidak menunjukkan pembatasan nama-nama.Allâh hanya 99 saja. Imam an-Nawawi menukilkan ijma'(kesepakatan) ulama berkenaan dengan hal ini.37*
.
*Namun makna bilangan (99) di dalam hadits ini adalah,siapa yang ‘menghitungnya’ (ahshohu) akan masuk surga,maksud hadits ini adalah pemberitahuan (ikhbar) bagi Siapa yang “menghitung”-nya akan masuk ke dalam surga. Jadi, ini.bukanlah bermaksud pembatasan bilangan nama-nama Allah.*
.
*Hal ini seperti ucapan Anda, “saya punya uang 100 riyal.yang saya persiapkan untuk sedekah.” Bukan artinya Anda.tidak punya uang selain 100 riyal ini, yang belum Anda persiapkan untuk sedekah.38*
36 HR Bukhari 2736 dan Muslim 2677
37 Lihat Syarh an-Nawawi ‘Ala Shahih Muslim VII/15
38 Lihat :Sya`nu ad-Du`a karya al-Khaththabi hal 24, Syarh an-Nawawi
.
*FAIDAH KESEBELAS*
*Tidaklah shahih riwayat dari Nabî صلى الله عليه وسلم yang menyebutkan secara spesifik (ta’yin) ke-99 nama-nama Allâh ini. Hadits yang diriwayatkan berkenaan dengan ta’yin(penyebutan.secara spesifik) nama-nama Allâh ini adalah hadits yang.lemah menurut ulama ahli hadits.39*
*****
39 Lihat : Majmu’ al-Fatwa VI/379,383; Tafsir Ibnu Katsir III/415 dan Fathul Bari karya Ibnu Hajar 11/215
.
*FAIDAH KEDUABELAS*
.
*Ulama berbeda pendapat mengenai kata ihsha.(menghitung)nama-nama Allâh Ta’ala di dalam hadits Nabî:“siapa yang menghitungnya akan masuk surga”.*
.
*Kesimpulan dari pendapat para ulama adalah, bahwa makna-ihsha di sini mencakup :*
.
*• Menghafalnya dan mengerti maknanya. Jadi mencakup secara lafazh dan makna.*
*• Mengamalkan konsekuensi kandungan maknanya dan.beribadah kepada Allâh dengannya. Karena apabila seseorang mengetahui bahwa Allâh itu al-Ahad, maka.dia takkan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya.*
.
*Jika ia tahu bahwa Allâh Azza wa Jalla itu ar-Rozzaq maka ia takkan meminta rezeki kepada selain-Nya.*
.
*Jika ia tahu bahwa Allâh itu ar-Rahim maka ia berupaya.mencari rahmat-Nya dan mengamalkan ketaatan yang merupakan sebab diberikannya rahmat ini.*
.
*Jika ia tahu bahwa Allâh itu al-Ghafûr maka ia berupaya.mencari maghfirah-Nya, dan seterusnya.*
.
*• Berdoa kepada Allâh dengan menggunakannya,sebagaimana firman Allåh Azza wa Jalla :*
.
وَلِلّٰهِ الْاَ سْمَآءُ الْحُسْنٰى فَا دْعُوْهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْۤ اَسْمَآئِهٖ ۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ ۖ
.
*"Dan Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."*
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 180)
.
Semisal mengucapkan,
*“Ya Rahman, irhamni (rahmatilah aku)”,*
*“Ya Ghafur, ighfirl li (ampuni aku)”*
*“Ya Tawwab, tub ‘alayya (terimalah taubatku)”*
*Ya Rahim, Sayangilah aku*
*Allaahumma innaka 'afuwwun, tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii*
*Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai permintaan maaf, maka maafkanlah aku.*
dan seterusnya
.
Syaikh Muhammad Shâlih al-Munajjid
Jumat, 20 November 2020
Kamis, 19 November 2020
7 Dosa Sebab Pengharaman Dari Masuk Surga
=…
*Waspada, 7 Dosa Sebab Pengharaman Dari Masuk Surga*
.
*Setiap insan yang berakal pasti ingin selalu bahagia. Tak terkecuali bagi seorang muslim. Dia selalu berharap bahwa kebahagiaannya tidak hanya di dunia, tapi bersambung sampai kepada kehidupan akhirat yang abadi, alias masuk di surga Allah Ta’ala, yang luasnya seluas langit dan bumi*
.
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
.
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
.
*“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”*
(QS. Ali Imran: 133)
.
*Namun keinginan masuk surga saja ternyata belum cukup, setiap orang harus berusaha untuk bisa masuk ke dalamnya dan usaha itu harus dilakukan dengan perjuangan dan kesungguhan, dimulai sekarang dalam kehidupan di dunia ini.*
.
*Diantara usaha yang dapat dilakukan dalam kehidupan di dunia ini agar bisa masuk ke dalam surga adalah dilepaskan atau dibuangnya berbagai penghalang dan sebab tercegahnya menuju surga Allah Ta’ala Yang Maha Luas rahmat-Nya. Sebab pengharaman bagi seseorang dari masuk surga benar-benar harus disingkirkan. Maka dosa-dosa yang kami akan sebutkan ini, harus diwaspadai dan ditinggalkan, karena sangat jelas akan menyebabkan diharamkannya surga pagi para pelakunya, di antaranya;*
.
*1. Dosa Syirik*
.
*Dosa Syirik kepada Allah Ta’ala yaitu berkeyakinan, atau menganggap atau menjadikan selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala memiliki sifat-sifat ilahiyah (ketuhanan), ini merupakan syirik besar sehingga pelakunya dinyatakan kafir, keluar dari Islam alias murtad dan seandainya sebelum itu dia melakukan amal yang shaleh, maka terhapuslah nilai amalnya itu, dan sia-sia belaka.*
.
Allah Ta’ala berfirman;
.
لقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِالله فَقَدْ حَرَّمَ الله عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
.
*“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih sendiri berkata: Hai bani israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang-orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga kepadanya, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang yang zalim itu seorang penolongpun”*
(QS. Al Maidah/5: 72).
.
*2. Dosa Bunuh Diri*
.
*Bunuh diri bagaimanapun caranya bukanlah solusi untuk menghadapi kemelut kehidupan dan bukan juga sebuah jalan pintas, perbuatan ini adalah dosa yang sangat besar dalam Islam, yang pelakunya mendapatkan ancaman terhalang dari surga.*
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
.
كان فيمن كان قبلكم رجل به جرح فجزع فأخذ سكيناً فحز بها يده فما رقأ الدم حتى مات . قال الله تعالى : بادرني عبدي بنفسه حرمت عليه الجنة
.
*“Dahulu ada seorang lelaki yang terluka, ia putus asa lalu mengambil sebilah pisau dan memotong tangannya. Darahnya terus mengalir hingga ia mati. Allah Ta’ala berfirman: “Hambaku mendahuluiku dengan dirinya, maka aku haramkan baginya surga”*
(HR. Bukhari, no. 3463, Muslim, no. 113).
.
*3. Dosa Memutus Silaturahim (Tali Persaudaraan Keluarga)*
.
*Para ulama sepakat bahwa menyambung silaturahim, hubungan kekerabatan adalah wajib hukumnya. Maka siapa saja yang memutus tali persaudaraan (hubungan rahim) mendapatkan ancaman dari terhalangnya masuk surga.*
*Dari sahabat mulia Sa’id bin Zaid radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,*
.
وَإِنَّ هَذِهِ الرَّحِمَ شِجْنَةٌ مِنْ الرَّحْمَنِ، فَمَنْ قَطَعَهَا حَرَّمَ الله عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
.
*“… Dan sesungguhnya rahim itu diambil dari nama Allah ‘Ar Rahman’, barangsiapa yang memutuskan hubungan rahim (kekerabatan), maka Allah Mengharamkan surga baginya.”*
(HR. Ahmad, 1/ 190, no. 1651, Syaikh Syu’aib Al Arnaut berkata, Isnad haditsnya shahih)
.
*4. Dosa Mengambil Harta Orang Lain Tanpa Hak*
.
*Mengambil harta orang lain tanpa hak banyak macamnya, semisal mencuri, makan harta anak yatim, meminjam harta dengan niat tidak dikembalikan dan lainnya, semuanya mendapatkan ancaman dari terhalang masuk surga.*
.
*Dari sahabat mulia Abu Umamah radhiallahu ‘anhu, Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:*
.
مَنْ اقْتَطَعَ حَقَّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ بِيَمِينِهِ فَقَدْ أَوْجَبَ الله لَهُ النَّارَ وَحَرَّمَ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ، فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: وَإِنْ كَانَ شَيْئًا يَسِيرًا يَا رَسُولَ الله قَالَ وَإِنْ قَضِيبًا مِنْ أَرَاكٍ
.
*“Barangsiapa yang mengambil harta saudaranya dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkan masuk surga. Lalu ada seorang yang bertanya, “Wahai Rasulullah, meskipun hanya sedikit?” Beliau menjawab, “Meskipun hanya sebatang kayu araak (kayu untuk siwak).”*
(HR. Muslim, 1/122)
.
*5. Dosa Menisbatkan Diri Kepada Bukan Ayahnya*
.
*Agama Islam yang mulia ini selalu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Misalkan saja, seorang anak hanya boleh menisbatkan diri kepada ayah kandung yang sah secara pernikahan syar’i, sebaliknya yang mencari jalan selain ini, maka baginya ancaman besar.*
.
Dari sahabat mulia Sa’ad radhiallahu ‘anhu, Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
.
مَنِ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيْهِ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ غَيْرُ أَبِيْهِ فَالْجَنَّةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ
.
*“Barang siapa yang menisbatkan diri kepada selain ayah kandungnya (secara syar’i), sedangkan dia tahu bahwa ayah itu bukan ayahnya, maka haram baginya mendapatkan surga”*
(HR. Bukhari, no. 6766)
.
*6. Dosa Membunuh Kafir Mu’ahad (non muslim yang memiliki akad perjanjian)*
.
*Kafir Mu’ahad yakni orang yang memiliki perjanjian (terikat perjanjian damai, perjanjian dagang atau selainnya) dengan kaum Muslimin yang berada atau bertugas di negeri kaum Muslimin tidak boleh disakiti, selama mereka menjalankan kewajiban dan perjanjiannya. Membunuh mereka akan menghalangi dari masuk surga.*
.
Dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
.
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا فِي غَيْرِ كُنْهِهِ حَرَّمَ الله عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
.
*“Siapa yang membunuh kafir mu’ahad tanpa haknya, maka Allah Ta’ala mengharamkan surga baginya”*
(HR. Abu Daud, no. 2760, Ahmad, no. 20377, dan lainnya, Isnadnya shahih menurut Syaikh Syu’aib Al Arnaut)
.
*7. Dosa Penguasa Berbuat Curang Kepada Rakyatnya*
.
*Dari Ma’qil Bin Yasar radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,*
.
مَا مِنْ وَالٍ يَلِي رَعِيَّةً مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَيَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهُمْ إِلا حَرَّمَ الله عَلَيْهِ الْجَنَّة
.
*“Tidaklah seorang penguasa (yang diberi amanah oleh Allah) yang memimpin bawahannya dari kaum muslimin, pada saat meninggal, ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allâh mengharamkan surga atasnya.”*
(HR. Bukhari, no. 7150 & Muslim, no. 142)
.
*Perbuatan dosa ini mencakup semua orang yang mempunyai kriteria seperti tersebut dalam hadits. Yaitu Allah Ta’ala memberinya wewenang untuk mengatur rakyat, baik itu kepemimpinan dalam skala besar (imamah uzhma; yaitu penguasa negara) ataupun dalam skala yang lebih kecil, semisal pemimpin perusahaan, kepala dusun, dll.*
.
*Catatan Penting*
.
*Aqidah kaum muslimin ahlus sunnah meyakini bahwa seorang muslim yang terjerumus dalam maksiat dan dosa besar, tidaklah keluar dari Islam (tidak kafir), akan tetapi dia adalah seorang muslim yang kurang keimanannya. Maka dia adalah seorang mukmin dengan keimanan yang ada dalam hatinya, namun dia adalah orang fasik dengan dosa besar yang ada pada dirinya.
Namun, semua itu harus memenuhi tiga syarat:*
.
*(1) dosa besar tersebut bukanlah dosa kemusyrikan atau kekafiran akbar;*
*(2) dia tidak meyakini halalnya perbuatan dosa tersebut; dan*
*(3) dia tidak melakukan pembatal Islam jenis yang lainnya.*
.
*Adapun urusan dia di akhirat, dia tergantung pada kehendak Allah Ta’ala. Jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki, Allah Yang Maha Pengampun akan mengampuninya. Namun jika Allah Ta’ala menghendaki, dia akan dihukum sampai bersih dari dosa-dosanya, kemudian dimasukkan ke dalam surga. Mereka inilah yang disebut mantan penghuni neraka oleh penduduk surga.*
.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
.
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنَ النَّارِ بَعْدَ مَا مَسَّهُمْ مِنْهَا سَفْعٌ، فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، فَيُسَمِّيهِمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ: الْجَهَنَّمِيِّينَ
.
*“Akan keluar dari neraka suatu kaum setelah mereka di bakar dalam neraka, kemudian mereka akan masuk ke dalam surga. Penduduk surga menamakan mereka dengan Jahannamiyyun {mantan penghuni neraka yang kemudian masuk surga}”*
(HR. Bukhari, no. 6559).
.
*Tidaklah kekal di neraka kecuali orang-orang yang kafir kepada Allah Ta’ala atau berbuat kemusyrikan syirik akbar (syirik besar)*
.
Referensi: Risalah Prof. Fahmi Ahmad Al Qozzaz, ومن يحرم على الجنة؟,
.
Wallahu Ta’ala A’lam.
.
Disusun oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
.
HADITS PALSU TENTANG SEORANG YAHUDI BUTA YANG DISUAPI RASULULLAH DI DEKAT PASAR MADINAH
.
Banyak beredar postingan Video di sosmed tentang kisah seorang Yahudi miskin lagi buta yang suka mencaci maki dan menghujat Rasulullah ﷺ, namun beliau tiap pagi dengan penuh kesabaran dan kesantunan menyuapinya.
.
Adapun kisah lengkapnya sebagai berikut :
“Di pasar madinah ada seorang Yahudi miskin lagi buta, dia selalu memeringatkan kepada siapapun yang melewatinya akan keburukan Rasulullah ﷺ. Dia berkata, Muhammad adalah
pendusta, dan tukang sihir, sambil mencaci maki dan menghujatnya. Meskipun begitu Rasulullah menemuinya tiappagi untuk menyuapinya tanpa mengajak bicara dan memberitahu siapakah sebetulnya dia. Beliau terus-menerus menyuapinya hingga wafat, akhirnya makanan terputus darinya.
.
Pada suatu hari, Abu Bakar menanyakan kepada Aisyah, apakah masih ada sunnah-sunnah Rasul yang belum dia kerjakan. Maka
beliau menjawab, Sesungguhnya semua Sunnah Rasul telah Engkau kerjakan kecuali satu. Dan beliau mengabarkan bahwa Rasulullah ﷺ setiap pagi menyuapi Yahudi buta. Maka AbuBakar pergi dengan membawa makanan untuk menyuapinya,namun si Yahudi tahu bahwa orang yang menyuapinya sekarang berbeda dengan orang sebelumnya. Akhirnya si Yahudi bertanya tentang dia dan dikabarkan bahwa orang yang menyuapinya selama ini adalah Rasulullah. Maka si Yahudi menangis dan menyesal selama ini berlaku buruk kepada Rasulullah, padahal selama ini beliau yang menyuapinya. Abu Bakar pun menangis kemudian Yahudi pun masuk Islam.”
.
Jawab :
Sesungguhnya kisah diatas dusta dan sanadnya batil sehingga haram bagi seorang Muslim mempercayainya dan menyebarkannya dengan beberapa alasan sebagai berikut :
.
Pertama, kalau kisah tersebut diatas terjadi di Mekah masih memungkinkan untuk ditolelir karena kaum Muslimin dalam kondisi lemah. Sedangkan di Madinah, kaum Muslimin dalamposisi kuat, maka kaum Muslimin membiarkan penghinaan seperti itu jelas tidak mungkin, apalagi Yahudi ketika itu dalam kondisi lemah dan hina dina.
.
Kedua, bagaimana ada seorang Yahudi dibiarkan menghujat Rasulullah ﷺ, sementara ada Yahudi yang melecehkan wanitamuslimah saja di sebuah pasar Madinah, dengan segera Rasulullah ﷺ mengirim pasukan dan menghukum Yahudi yangmelakukan pelecehan kepada wanita tersebut. Maka suatu perkara yang janggal, justru Abu Bakar malah datang kepada Yahudi yang mencaci maki Rasulullah ﷺ untuk menyantuninya.
.
Kalau shahabat marah hanya karena suatu kata-kata yang.tidak senonoh yang ditujukan kepada Nabi ﷺ bagaimana mungkin membiarkan Yahudi mencaci maki dan menghujat.Nabi?
.
Dalam shahih Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah berkata,“Ketika ada seorang Yahudi yang menawarkan barang dagangan lalu ditawar dengan harga yang dia tidak disukainya maka dia berkata, Tidak, demi dzat yang telah memilih Nabi Musa diatas seluruh manusia! Maka ketika ada seorang Anshar yang mendengarnya maka langsung menampar wajah Yahudi
tersebut. Dan orang Anshar itu berkata kepadanya, Lancang sekali kamu berkata, demi dzat yang telah memilih Musa diatas seluruh manusia, sedangkan Rasulullah masih hidup di tenga kita.”
.
Ketiga, seandainya peristiwa itu betul-betul terjadi berarti Yahudi tersebut termasuk kafir dzimmi yang melanggar perjanjian, sementara siapapun dari orang-orang kafir dzimmi atau muahad yang mencaci maki Rasulullah ﷺ berarti dia telah melanggar perjanjian maka boleh dibunuh. Bahkan penghujat Nabi meskipun Muslim wajib dibunuh berdasarkan ijma seperti penuturan Ibnu Mundzir, alQadhi Iyadh, alQurthuby, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Hajar, BAGAIMANA KALAU YANG MENGHUJAT YAHUDI!!!
.
Keempat, sebetulnya menjelang wafatnya Rasulullah ﷺsudah tidak ada lagi seorang pun dari Yahudi yang tinggal di Madinah, bahkan di antara mereka ada yang dibunuh seperti Bani Quraidhah dan yang lainnya dibunuh karena melanggar perjanjian dan khianat. Dan tidak ada yang dibiarkan hidup-kecuali kaum wanita dan anak-anak. Bahkan di antara mereka diusir dan dideportasi dari Madinah seperti Bani Qainuqa' dan Bani Nadzir yang telah berencana membunuh Nabi ﷺ. Bahkan mereka diusir hingga perbatasan Syam.
.
Semua Yahudi terusir dan dibunuh hingga tidak tersisa seorang Yahudi pun di Madinah sebelum wafatnya Rasulullah.
Imam Ibnu Qayyim berkata,“Kaum Yahudi diadili (pada zaman Rasul) dalam beberapa kasus; ketika Rasulullah ﷺ datang di Madinah mereka diajak berdamai oleh Rasulullah, kemudian Bani Qainuqa' memeranginya namun beliau sanggup mematahkan serangan mereka. Ternyata Bani Quraidhah juga melakukan hal sama,namun beliau sanggup mengalahkan akhirnya mereka dibunuh.
.
Dan kemudian penduduk Khaibar juga memeranginya namun beliau sanggup mematahkan mereka tetapi beliau membiarkan
tinggal di Khaibar kecuali yang telah dibunuh oleh Rasulullah.Setelah Saad bin Muadz memberi putusan hukum pada Bani Quraidhah, para pasukan perang dipenggal lehernya, sementara anak-anak dan kaum wanita mereka ditawan serta harta mereka dijadikan rampasan perang. Maka Rasulullah ﷺmengabarkan bahwa putusan hukum tersebut sesuai dengan putusan Allah dari atas langit yang tujuh. Maka bisa disimpulkan bahwa siapa pun yang melanggar perjanjian maka akan berdampak pada dibolehkan menawan kaum wanita dan anak-anak mereka. Dan bila mereka melanggarnya dalam posisi perang maka akan juga berdampak pada pasukan perang. Dan demikian itu hukum Allah Ta’ala yang berlaku pada mereka.”
.
Masih banyak cerita dusta seperti ini yang beredar di tengah masyarakat yang dipasarkan para juru dakwah kompromistis dan toleran kepada kaum kuffar namun sebetulnya bunuh diri dihadapan ahli kitab.
.
Penulis : Ustadz Zainal Abidin Syamsuddin ﺣﻔﻈﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ